Minggu, 09 April 2017

PPT Laporan Observasi Kelompok 10

Laporan Observasi kelompok 10

Testimoni perkuliahan Pendidikan

TESTIMONI PERKULIAHAN PENDIDIKAN Menurut saya selama perkuliahan psi.pendidikan ini enak,karena mudah dimengerti,alasan saya mengatakan mudah dimengerti karena kami melakukan observasi meskipun observasi kecil-kecilan tapi menurut saya itu sudah cukup karena belajar melalui praktek lebih mudah dimengerti daripada hanya teori.

MENGEKSPLORASI MOTIVASI

Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kea rah tujuan (Walgito, 2004: 220). Sedang menurut Plotnik (2005: 328), motivasi mengacu pada berbagai factor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu. Motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut (Wlodkowski:1985). Aspek Motivasi Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu: 1.Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri organisme yang timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, keadaan mental (berpikiri dan ingatan). 2.Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut. 3.Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut. Ciri motivasi menurut Plotnik, yaitu: 1.Anda terdorong berbuat atau melaksanakan suatu kegiatan. 2.Anda langsung mengarahkan energi anda, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 3.Anda mempunyai intensitas perasaan-perasaan yang berbeda tentang pencapaian tujuan itu. Pengertian Belajar Belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan tingkah laku (baik actual/nyata maupun potensil/tidak tampak) dimana perubahan yang dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. A.Internal Faktor yang berasal dari diri individu (sebagai input), meliputi: a)Fisiologis, meliputi kondisi jasmani, fungsi alat indera, saraf sentral, dansebagainya. b)Psikologis, meliputi minat, motivasi, emosi, inteligensi, bakat, dsb. B.Eksternal Faktor diluar diri individu yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar, meliputi: a)Sosial/Lingkungan, yaitu pola asuh keluarga, dukungan dari b)Lingkungan disekitar individu, kehadiran seseorang secara langsung ataupun representasinya. Misalnya, bila teringat orangtua maka motivasi untuk menyelesaikan skripsi meningkat. c)Instrumental, meliputi alat perlengkapan belajar, ruang belajar, d)ventilasi, penerangan, cuaca, materi yang diberikan, peraturan-peraturan yang mengikat dalam proses belajar. Macam-Macam Motivasi Belajar Dalam membahas macam-macam motivasi belajar, ada dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”. a. Motivasi Intrinsik Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. b. Motivasi Ekstrinsik Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah; 1.Cara belajar Cara belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. 2.Visual Anak yang mempunyai cara belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. 3.Auditori Anak yang mempunyai cara belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakana. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan_kaset. 4.Kinestetik Anak yang mempunyai cara belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.

Sabtu, 08 April 2017

Intelegensi Pendidikan

Haii disini saya akan meresume tentang INTELEGENSI. Semoga Bermanfaat!! INTELEGENSI Pandangan awam Inteligensi adalah istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun memampuan untuk memecahkan problem yg dihadapi -Ciri perilaku2 inteligen tinggi : kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas tinggi dan imajinasi yang berkembang -Inteligen rendah : perilaku lamban, tidak cepat mengerti, kurang mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana Inteligensi dalam definisi  Inteligensi bagaikan listrik, mudah diukur namun hampir mustahil utk didefinisikan  Terman : kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak  Thorndike : kemampuan dalam memberikan respon yg baik dari pandangan kebenaran atau fakta -Wechsler : inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang utk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif -Flynn : kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman Perbedaan pandangan awam dengan ahli -Kemamp praktis utk pemecahan masalah  Awam; Nalar yang baik Melihat hubungan diantara berbagai hal Melihat aspek permasalahan secara menyeluruh Pikiran terbuka Kemampuan memecahkan masalah  Ahli; Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yg dihadapi Mengambil keputusan tepat Menyelesaikan masalah secara optimal Menunjukkan pikiran jernih awam Kemampuan verbal  dapat berbicara dengan artikulasi yang baik dan fasih  dapat berbicara lancar  mempunyai pengetahuan di bidang tertentu Ahli Inteligensi verbal  Kosakata baik  Membaca dengan penuh pemahaman  Ingin tahu secara intelektual  Menunjukkan keingintahuan Awam Kompetensi sosial  Menerima orang lain seperti adanya  Mengakui kesalahan  Tertarik pada masalah sosial  Tepat waktu bila berjanji Ahli Inteligensi praktis  Tahu situasi  Tahu cara mencapai tujuan  Sadar terhadap dunia sekeliling  Menunjukkan minat terhadap dunia luar Keberhasilan dalam belajar  Faktor internal Fisik : panca indera, kondisi fisik Psikologis - Non Kognitif : (minat,motivasi,kepri) - Kognitif : bakat, inteligensi  Faktor eksternal Fisik : Kondisi tempat belajar, sarana dan perleng- kapan belajar, materi belajar, kondisi lingk belj Sosial : dukungan sosial, pengaruh budaya Faktor-faktor Inteligensi  William Stern (Uni Factor Theory)  Teori kapasitas umum  Inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan fisiologis dan akibat belajar.  Spearman : Faktor Umum (G faktor) Faktor khusus (S faktor) (Two Factors Theory) Faktor umum: yg menentukan apakah seseorang itu secara umum bodoh atau pandai Faktor khusus: yg menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu, seperti fisika, bahasa. Multi Factors Theory  Oleh E.L. Thorndike  Inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Thurstone: Faktor umum tidak ada, yg ada hanya sekelompok faktor yang diberi nama Primary Mental Abilities (7 faktor)  Pengertian verbal  Kemampuan angka  Penglihatan keruangan  Kemampuan penginderaan  Ingatan  Penalaran  Kelancaran kata Thomson  Inteligensi mengandung banyak sekali faktor yg masing2 bebas dan berdiri sendiri, tapi faktor yang berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari keselluruhan faktor yg ada. Tes inteligensi  Tes individual  Tes kelompok Tes Individual  Tes Binet  Skala Wechsler Tes Binet  Thn 1904: alfred Binet diminta pemerintah Perancis menyusun metode utk identifikasi anak yg tidak mampu belajar di sekolah (bersama Theophile Simon)  Berdasarkan konsep inteligensi Stern  Anak yang kurang mampu belajar di sekolah umum akan dialihkan ke sekolah khusus.  Thn 1905 : berhasil disusun Skala 1905 terdiri dari 30 item  Binet mengembangkan konsep : Mental Age (MA) MA : usia mental, level perkembangan mental indv yg beraitan dengan perkembangan lain  1912 : William Stern menciptakan konsep Intellegence Quotient (IQ) = IQ = MA/CA X 100  Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100  Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis  Bila usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100  Bila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100  Tes Binet mengalami revisi berkali2, disebut : Stanford-Binet  Tes binet untuk usia 2 tahun hingga dewasa  Thn 1985 : edisi ke 4 tes Stanford- Binet Skala Wechsler  Oleh David Wechsler  Memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance  WPPSI-R: Wechsler Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised utk usia 4 – 6,5 thn  WISC-R: Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised utk usia 6 – 16 thn  WAIS-R: Wechsler Adult Intelligence Scale – Revised Menginterpretasi skor tes IQ  Jauhi pandangan stereotip dan perkiraan negatif tentang murid  Jangan gunakan tes IQ sebagai ukuran utama untuk kompetensi  Berhati2 lah dalam menginterpretasikan makna dari seluruh nilai IQ

Jumat, 07 April 2017

Pendekatan Behavioral dalam Pembelajaran

Haii teman-teman Disini saya akan membagikan hasil resume mata kuliah pendidikan tentang pendekatan Behavioral dalam Pembelajaran Semoga Bermanfaat!!😊 Pendekatan Behavioral dalam Pembelajaran Pembelajaran adalah pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. A. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalamn yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. 1. Pengkondisian klasik Pada awal 1900-an, psikolog Rusia Ivan Pavlov tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning). Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Pengkondisian klasik melibatkan dua tipe stimuli dan dua tipe respon, yaitu unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), conditioned response (CR). UR adalah respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US. CS adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan CR setelah diasosiasikan dengan US. Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas. a. Generalisasi, Diskriminasi dan pelenyapan Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan CS yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (Jones, Kemenes & Bejamin,2001). Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespon stimuli lainnya (Murphy, Beker, & Fouquet ,2001). Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan CR karena tidak adanya US. b. Desentisasi sistematis Desentisasi sistematis adalah sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Desensitisasi melibatkan sebuah tipe counterconditioning (McNeil, 2000). Perasaan rileks yang dibayangkan murid (US) menghasilkan reaksi (UR). Murid kemudian akan mengasosiasikan isyarat yang menimbulkan kecemasan (CS) dengan perasaan relaksasi. Semua isyarat yang menimbulkan kecemasan akan menghasilkan relaksasi (CR). c. Mengevaluasi pengkondisian klasik Pengkondisian klasik membantu kita memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik. Namun, cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela, seperti mengapa murid belajar keras untuk satu mata pelajaran atau lebih menyukai sejarah ketimbang geografi. 2. Pengkondisian Operan Pengkondisian Operan adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. a. Hukum efek Thorndike Hukum efek (law effect) Thorndike mengatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Pandangan Thorndike disebut teori S-R karena perilaku organisme itu dilakukan sebagai akibat dari hubungan antara stimulus dan respons. b. Pengkondisian operan skinner Penguatan dan hukuman Penguatan/ imbalan (reinforcement), adalah kosekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan ada dua yaitu : 1. Penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. 2. Penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak mennyenangkan) (Frieman,2002). Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan Generalisasi dalam pengkondisian operant berarti memberikan respon yang sama terhadap stimuli yang sama. Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan . dalam pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respon penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun di kelas, pelenyapan yang paling umum bagi guru adalah tidak lagi memberi perhatian pada suatu perilaku. B. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan : 1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan Ada 5 strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan : a. Memilih penguat yang efektif, tidak semua penguat akan sama efeknya bagi anak. Untuk mencari penguat yang paling efektif bagi seorang anak , kita bisa meneliti apa yang memotivasi anak di masa lalu (sejarah penguatan), apa yang ingin dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat atau nilai penguat. Penguat yang sering dipakai oleh guru adalah aktivitas.Prinsip Premack, yang ditemukan oleh David Premack, menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi dapat berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah. b. Menjadi penguat kontingen dan tepat waktu, Agar sebuah penguat dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Penguat akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, dan disegerakan secepat mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. c. Memilih jadwal penguat terbaik, Skinner (1953) menyusun konsep jadwal penguatan , yang merupakan jadwal penguatan parsial yang menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama : -Pendekatan Behavioral dan Kognitif dalam Pembelajaran Pembelajaran adalah pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. A. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalamn yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. 1. Pengkondisian klasik Pada awal 1900-an, psikolog Rusia Ivan Pavlov tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning). Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Pengkondisian klasik melibatkan dua tipe stimuli dan dua tipe respon, yaitu unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), conditioned response (CR). UR adalah respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US. CS adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan CR setelah diasosiasikan dengan US. Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas. a. Generalisasi, Diskriminasi dan pelenyapan Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan CS yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (Jones, Kemenes & Bejamin,2001). Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespon stimuli lainnya (Murphy, Beker, & Fouquet ,2001). Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan CR karena tidak adanya US. b. Desentisasi sistematis Desentisasi sistematis adalah sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Desensitisasi melibatkan sebuah tipe counterconditioning (McNeil, 2000). Perasaan rileks yang dibayangkan murid (US) menghasilkan reaksi (UR). Murid kemudian akan mengasosiasikan isyarat yang menimbulkan kecemasan (CS) dengan perasaan relaksasi. Semua isyarat yang menimbulkan kecemasan akan menghasilkan relaksasi (CR). c. Mengevaluasi pengkondisian klasik Pengkondisian klasik membantu kita memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik. Namun, cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela, seperti mengapa murid belajar keras untuk satu mata pelajaran atau lebih menyukai sejarah ketimbang geografi. 2. Pengkondisian Operan Pengkondisian Operan adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. a. Hukum efek Thorndike Hukum efek (law effect) Thorndike mengatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Pandangan Thorndike disebut teori S-R karena perilaku organisme itu dilakukan sebagai akibat dari hubungan antara stimulus dan respons. b. Pengkondisian operan skinner Penguatan dan hukuman Penguatan/ imbalan (reinforcement), adalah kosekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan ada dua yaitu : 1. Penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. 2. Penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak mennyenangkan) (Frieman,2002). Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan Generalisasi dalam pengkondisian operant berarti memberikan respon yang sama terhadap stimuli yang sama. Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan . dalam pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respon penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun di kelas, pelenyapan yang paling umum bagi guru adalah tidak lagi memberi perhatian pada suatu perilaku. B. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan : 1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan Ada 5 strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan : a. Memilih penguat yang efektif, tidak semua penguat akan sama efeknya bagi anak. Untuk mencari penguat yang paling efektif bagi seorang anak , kita bisa meneliti apa yang memotivasi anak di masa lalu (sejarah penguatan), apa yang ingin dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat atau nilai penguat. Penguat yang sering dipakai oleh guru adalah aktivitas.Prinsip Premack, yang ditemukan oleh David Premack, menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi dapat berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah. b. Menjadi penguat kontingen dan tepat waktu, Agar sebuah penguat dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Penguat akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, dan disegerakan secepat mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. c. Memilih jadwal penguat terbaik, Skinner (1953) menyusun konsep jadwal penguatan , yang merupakan jadwal penguatan parsial yang menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama : - Jadwal rasio-tetap, suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respons. - Jadwal rasio-verbal, suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respons, akan tetapi tidak berdasarkan pada basis yang dapat diprediksi. - Jadwal interval-tetap, respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan dperkuat. - Jadwal interval- variabel, suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu. d. Menggunakan perjanjian Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontingensi penguatan dalam tulisan. Analisis perilaku terapan mengatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif Menggunakan penguatan negatif memiliki sejumlah kekurangan. Kadang-kadang ketika guru menggunakan strategi behavioral ini, anak marah, lari ke luar ruang, atau menobrak-abrik barang. 2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping) Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi. Prompt membantu perilaku terus berlajut. Setelah murid secara konsisten menunjukan respon yang benar, maka prompt tidak dibutuhkan lagi. Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran. Shaping diimplementasikan hanya jika tipe penguatan positif dan prompt tidakk berhasil. Shaping membutuhkan penguatan sejumlah langkah kecil menuju keperilaku sasaran, dan ini mungkin memerlukan waktu yang lama. 3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan Langkah-langkah mengurangi perilaku yang tidak diharapkan : a. Menggunakan penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih tepat atau yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak. b. Menghentikan penguatan (pelenyapan),Strategi menghentikan penguatan ini adalah menarik penguatan terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Banyak guru kesulitan untuk mengetahui apakah mereka telah memberi perhatian terlalu banyak pada perilaku tidak tepat. c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Dua strategi dalam opsi ini adalah : · Time-out,Paling sering dipakai guru untuk menghilangkan stimuli yang diinginkan. · Responce cost, yakni menjauhkan penguatan positif dari murid. Seperti halnya time-out, response cost harus diiringi dengan strategi untuk meningkatkan perilaku positif si murid. d. Menyajikan stimuli yang tidak disukai (hukuman) Stimuli tidak menyenangkan ini bukan hukuman efektif karena stimuli itu tidak mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan bahkan kadang-kadang menambahkan perilaku yang tak diinginkan. Tipe paling umum dari stimuli yang tidak menyenangkan ini adalah guru menggunakan teguran verbal. 4. Mengevaluasi pengkondisian operan dan analisis terapan Pengkondisian operan dan analisis perilaku terapan memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran (Kadzin,2001 ;Martin & Pear,2002; Purdy,dkk,2001). Kritrik terhadap pengkondisian operan dan analisis perilaku terapan mengatakan bahwa seluruh pendekatan itu terlalu banyak menekankan pada kontrol eksternal atas perilaku murid. - Jadwal rasio-tetap, suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respons. - Jadwal rasio-verbal,suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respons, akan tetapi tidak berdasarkan pada basis yang dapat diprediksi. - Jadwal interval-tetap, respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan dperkuat. - Jadwal interval- variabel, suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu. d. Menggunakan perjanjian Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontingensi penguatan dalam tulisan. Analisis perilaku terapan mengatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif Menggunakan penguatan negatif memiliki sejumlah kekurangan. Kadang-kadang ketika guru menggunakan strategi behavioral ini, anak marah, lari ke luar ruang, atau menobrak-abrik barang. 2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping) Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi. Prompt membantu perilaku terus berlajut. Setelah murid secara konsisten menunjukan respon yang benar, maka prompt tidak dibutuhkan lagi. Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran. Shaping diimplementasikan hanya jika tipe penguatan positif dan prompt tidakk berhasil. Shaping membutuhkan penguatan sejumlah langkah kecil menuju keperilaku sasaran, dan ini mungkin memerlukan waktu yang lama. 3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan Langkah-langkah mengurangi perilaku yang tidak diharapkan : a. Menggunakan penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih tepat atau yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak. b. Menghentikan penguatan (pelenyapan),Strategi menghentikan penguatan ini adalah menarik penguatan terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Banyak guru kesulitan untuk mengetahui apakah mereka telah memberi perhatian terlalu banyak pada perilaku tidak tepat. c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Dua strategi dalam opsi ini adalah : · Time-out,Paling sering dipakai guru untuk menghilangkan stimuli yang diinginkan. · Responce cost, yakni menjauhkan penguatan positif dari murid. Seperti halnya time-out, response cost harus diiringi dengan strategi untuk meningkatkan perilaku positif si murid. d. Menyajikan stimuli yang tidak disukai (hukuman) Stimuli tidak menyenangkan ini bukan hukuman efektif karena stimuli itu tidak mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan bahkan kadang-kadang menambahkan perilaku yang tak diinginkan. Tipe paling umum dari stimuli yang tidak menyenangkan ini adalah guru menggunakan teguran verbal. 4. Mengevaluasi pengkondisian operan dan analisis terapan Pengkondisian operan dan analisis perilaku terapan memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran (Kadzin,2001 ;Martin & Pear,2002; Purdy,dkk,2001). Kritrik terhadap pengkondisian operan dan analisis perilaku terapan mengatakan bahwa seluruh pendekatan itu terlalu banyak menekankan pada kontrol eksternal atas perilaku murid. Nahh demikian hasil resume saya tentang Pendekatan Behavioral dalam pembelajaran. Daftar Pustaka : Santrock.John.W"Psikologi Pendidikan,edisi kedua" McGraw-Hill Company,Inc.